• Posted by : Chachacino Minggu, 06 November 2016




      

    Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatannya mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari sebelum ia mengalami situasi dengan setelah mengalami situasi tadi. Belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor dari luar siswa di mana keduanya saling berinteraksi. Yang akan dibahas pada materi ini adalah dua teori belajar dari Gagne dalam Bell (1978) yaitu Fakta, Konsep, Prinsip, dan Skill (FKPS). Fakta, Konsep, Prinsip, dan Skill (FKPS) Gagne membagi objek-objek matematika menjadi objek langsung dan objek tak langsung. FKPS adalah objek langsungnya, sedangkan objek tak langsungnya adalah kemampuan yang secara tak langsung akan dipelajari siswa ketika mereka mempelajari objek langsung matematika seperti kemampuan: berpikir logis, kemampuan memecahkan masalah, sikap positif terhadap matematika, ketekunan, ketelitian, dan lain-lain. Berikut penjelasan mengenai objek langsung matematika.
    a.       Fakta adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika seperti lambang, kesepakatan bahwa kalau tidak ada kurung maka operasi perkalian dan pembagian didahulukan dari operasi penjumlahan dan pengurangan, serta notasi 5% yang berarti 5/100 dan tidak berarti 5/10 ataupun  5/1000 . Seorang siswa dinyatakan telah menguasai fakta jika ia dapat menuliskan fakta tersebut dan menggunakannya dengan benar. Contohnya adalah siswa yang dapatmenyatakan bahwa 25% berarti 25/100 = ¼ ataupun yang menyatakan bahwa 2 + 3 × 5 = 2 + 15=1. Karenanya, cara mengajarkan fakta adalah dengan menghafal, drill, ataupun peragaan yang berulang-ulang.
    b.       Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk mengklasifikasi suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Contohnya, konsep tentang: bunga tunggal, bunga majemuk, perbandingan, anuitas, dan deret geometri, sehingga ketika gurunya mengucapkan “bunga majemuk” misalnya, para siswa telah paham dengan bunga majemuk tersebut. Karenanya, seorang siswa disebut telah mempelajari suatu konsep jika ia telah dapat membedakan antara contoh dari yang bukan contoh. Untuk sampai ke tingkat tersebut, siswa harus dapat menunjukkan atribut atau sifat-sifat khusus dari objek yang termasuk contoh dan yang bukan contoh. Dikenal empat cara mengajarkan konsep, yaitu:
    1)      Dengan menggunakan beberapa contoh dan yang bukan contoh dari konsepyang dibicarakan. Ketika membahas konsep bentuk akar misalnya, guru dapat memberi contoh bahwa , 3, 5, ... merupakan contoh bentuk akar imajiner, namun 4, 9, ataupun v16 bukanlah bentuk akar imajiner karena ketiganya berturut- turut bernilai 2, 3, dan 4
    2)      Deduktif, dimulai dari definisi lalu ke contohnya.
    3)      Induktif, dimulai dari contoh lalu membahas definisinya.
    4)      Kombinasi deduktif dan induktif, dimulai dari contoh lalu membahas definisinya dan kembali ke contoh, atau dimulai dari definisi lalu membahas contohnya lalu kembali membahas definisinya.
    c.        Prinsip adalah suatu pernyataan yang memuat hubungan antara dua konsep atau lebih. Contohnya, rumus permutasi k objek dari n objek   (  )  dan rumus umum suku ke-n suatu barisan aritmetika  Seorang siswa dinyatakan telah memahami suatu prinsip jika ia dapat mengingat aturan, rumus, atau teorema yang ada; dapat mengenal  dan memahami konsep-konsep yang ada pada prinsip tersebut; serta dapat menggunakan prinsip tersebut pada situasi yang tepat.
    d.      Skill atau keterampilan adalah suatu prosedur atau aturan untuk mendapatkan atau memperoleh suatu hasil tertentu. Contohnya, keterampilan melakukan pembagian berekor, mengalikan dua bilangan pecahan, merasionalkan penyebut suatu pecahan, serta menentukan bunga majemuk dengan bantuan tabel ataupun kalkulator. Para siswa dinyatakan telah memperoleh skilljika ia telah dapat menggunakan prosedur atau aturan yang ada dengan cepat dan tepat. Untuk itu penggunaan skill ini tidak pada penghafalan semata melainkan berlandaskan pengertian atau pemahaman dari suatu materi.
    Dalam pemecahan masalah biasanya ada 5 langkah yang harus dilakukan. Yaitu :
    1)      Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.
    2)      Menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional.
    3)      Menyusun hipotesis hipotesis alternattif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik.
    4)      Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya.
    5)      Mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh

    Sistematika ”Delapan TipeBelajar”
    Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:
    1.      Tipe belajar tanda (Signal learning)
    Belajar dengan cara ini dapat dikatakan sama dengan apa yang dikemukakan oleh Pavlov. Semua jawaban/respons menurut kepada tanda/sinyal.
    2.      Tipe belajar rangsang-reaksi (Stimulus-response learning)
    Tipe ini hampir serupa dengan tipe satu, namun pada tipe ini, timbulnya respons juga karena adanya dorongan yang datang dari dalam serta adanya penguatan sehingga seseorang mau melakukan sesuatu secara berulang-ulang.
    3.      Tipe belajar berangkai (Chaining Learning)
    Pada tahap ini terjadi serangkaian hubungan stimulus-respons, maksudnya adalah bahwa suatu respons­­­ pada gilirannya akan menjadi stimulus baru dan selanjutnya akan menimbulkan respons baru.
    4.      Tipe belajar asosiasi verbal (Verbal association learning)
    Tipe ini berhubungan dengan penggunaan bahasa, dimana hasil belajarnya yaitu memberikan reaksi verbal pada stimulus/perangsang.
    5.      Tipe belajar membedakan (Discrimination learning)
    Hasil dari tipe belajar ini adalah kemampuan untuk membeda-bedakan antar objek-objek yang terdapat dalm lingkungan fisik.
    6.      Tipe belajar konsep (Concept Learning)
    Belajar pada tipe ini terutama dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman atau pengertian tentang suatu yang mendasar.
    7.      Tipe belajar kaidah (RuleLearning)
    Tipe belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri atas penggabungan beberapa konsep.
    8.      Tipe belajar pemecahan masalah (Problem solving)
    Tipe belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan.

    Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran

    .     Implementasi Pembelajaran Matematika SD Berdasarkan Teori Gagne
    Teori belajar Gagne dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di Indonesia. Ada beberapa pendekatan dan langkah-langkah agar bisa menerapkan teori tersebut dalam proses pembelajaran.
    Materi yang akan diambil adalah pembelajaran mengenai pengenalan operasi penjumlahan serta pengurangan pada siswa kelas rendah. Alat peraga berupa gambar lambang bilangan, gambar lambang operasi bilangan dan media kongkrit (misal: permen, apel, pensil, wafer)
    Berdasarkan konsep Sembilan Kondisi Intruksional Gagne maka kita bisa menyusun rancangan kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:

    1.      Memperoleh Perhatian
    Kegiatan ini merupakan proses guru dalam memberikan stimulus kepada siswa dengan cara meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi tersebut itu penting. Hal ini bisa dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan ringan seputar materi yang akan disajikan.
    Contoh : mengajak siswa berkenalan dengan bilangan dan mengetahui lambang bilangan dengan cara memulai komunikasi dengan siswa. Guru menunjukkan alat peraga berupa gambar-gambar lambang bilangan serta media-media yang menarik agar siswa memfokuskan diri untuk memulai pelajaran.
    2.      Memberikan Informasi Tujuan Pembelajaran
    Dalam hal ini guru harus mengupayakan untuk memberitahu siswa akan tujuan pembelajaran. Sehingga siswa mengetahui tujuan dari materi pembelajaran yang dipelajarinya. Ini sangat penting dilakukan agar siswa lebih termotivasi untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran.
    Contoh: guru memberikan informasi menarik bahwa pembelajaran kali ini kita akan belajar mengenai operasi bilangan. Guru juga mengucapkan bahwa setelah pelajaran ini siswa dapat berhitung, sehingga besok bisa menghitung jumlah barang yang ia (siswa) miliki baik dari pemberian barang oleh orang lain ataupun barang yang sebelumnya sudah ia miliki.
    3.      Merangsang siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari
    Upaya merangsang siswa dalam mengingat materi yang lalu bisa dilakukan dengan cara bertanya tentang materi yang telah diajarkan.
    Contoh: guru menanyakan tentang nama bilangan yang guru tunjukkan. Dalam hal ini guru sudah menyiapkan media berupa gambar lambang bilangan.
    4.       Menyajikan stimulus
    Menyajikan stimulus bisa dilakukan dengan cara guru menyajikan materi pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.
    Contoh: guru membagi siswa kedalam 4 kelompok. Dalam pembagian kelompok ini guru juga mengajak siswa untuk menghitung berapa jumlah teman dalam satu kelomponya. Pada tiap-tiap kelompok, guru membagikan masing-masing 10 permen. Dalam hal ini tentu siswa sudah bertanya-tanya, keadaan ini semakin dirangsang oleh guru dengan mengatakan bahwa kegiatan kali ini adalah lomba menghitung. Aturan mainnya tiap anggota kelompok bekerjasama menjawab pertanyaan guru mengenai penjumlahan dan pengurangan yang guru lakukan menggunakan media benda. Apabila kelompok tersebut salah maka kelompok tersebut wajib mensodaqohkan satu buah permennya kepada kelompok lain.
    5.      Memberikan bimbingan kepada siswa
    Seyogyanya guru harus membimbing siswa dalam proses belajarnya. Sehingga siswa dapat terarah dalam pembelajarannya.
    Contoh: dalam proses penghitungan/pemberian soal yang diberikan oleh guru, siswa satu kelompok diminta untuk menghitungnya sembari guru menunjukkan jumlah bilangan tersebut.
    6.       Memancing Kinerja
    Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari itu.
    Contoh: guru memancing kinerja berupa mengajak berhitung siswa satu kelas tentang hasil penghitungan yang dilakukan oleh kelompok lain.
    7.      Memberikan balikan
    Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar atau tidak.
    Contoh: guru menanyakan kepada siswa sudah benar atau belum. Hal ini juga semakin memantapkan hasil penghitungan yang dilakukan oleh siswa.
    8.       Menilai hasil belajar
    Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa soal.
    Contoh: meminta siswa menulis hasil penjumlahan yang dilakukan dalam permainan tadi menggunakan lambang bilangan yang benar.
    9.       Mengusahakan transfer
    Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya dalam situasi-situasi lain.
    Contohnya: ajak siswa memecahkan masalah yang diceritakan oleh guru sebelum pelajaran selesai











    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © - Setetes Ilmu

    Setetes Ilmu - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan