• Posted by : Chachacino Selasa, 15 November 2016



    Selasa pagi yang cerah, ketika sang surya mulai memancarkan sinarnya yang menghangatkan dan memacu gairah para pejuang ilmu di sebuah univesitas negeri di bilangan serang yang penuh sesak dengan lalu lalangnya bis antar kota. Kepadatan yang sudah menjadi santapan sehari-hari para aktivis pagi ini tak pernah menyurutkan semangat kami, mahasiswa pendidikan matematika dalam memulai hari dengan penuh gelora. Mengapa? Karena pagi ini kami akan dihadapkan dengan sebuah mata kuliah yang dapat memacu sense of wondering kami akan sebuah makna ideologi yang hampir punah dilupakan, tentang sebuah nilai akan identitas sebuah bangsa, tentang segala pedoman kita dalam berbangsa dan bernegara, mata kuliah yang sungguh amat sangat dinantikan kami selaku kaum intelek muda yang masih memiliki semangat juang yang utuh, mata kuliah ini adalah pendidikan pancasila.

    Pendidikan pancasila merupakan salah satu komponen penting yang berperan dalam pembentukan pribadi muda-mudi generasi Indonesia, serta menjadi bahan ajaran yang mampu merevitalisasi kembali paradigma kami, generasi emas di masa depan yang sudah mulai terlena dengan arus global dan mulai meninggalkan sebuah identitas yang menjadikan kita sebagai bagian dari bangsa dan negara yang berdaulat ini.

    Bahan ajar dalam mata kuliah tersebut disampaikan secara menarik oleh dosen pengajar asal serang tulen, bapak Oka begitulah sebutan kami kepada beliau.

    Pagi ini, tepat pukul 07.30, kami penghuni kelas 1B sudah hampir memenuhi ruang belajar di Gedung A lantai 3 tepatnya di ruang 3.18, nampak disudut depan kelas 3 orang mahasiswi baru tingkat 1 sedang mempersiapkan segala tetek-bengek yang dibutuhkan untuk menyampaikan presentasi mingguan yang akan disampaikan dihadapan kami, para rekan seperjuangannya. Sedangkan para anak yang lain sibuk dengan segala aktivitas pribadinya, memakan sarapan pagi, bercengkrama ria memperbincangkan banyak hal, dan sebagian lainnya hanya terduduk lesu tak siap memulai hari. 

     Selang beberapa menit, seseorang yang sangat dinantikan itu pun tiba, seorang pengajar berjiwa muda, yang berbalutkan semangat tanpa batas, semangat mengajar di pagi hari ini demi menyampaikan segenggam bahkan sebakul ilmu untuk kami, mahasiswa tingkat 1B di jurusan pendidikan matematika. Kentara sekali kobaran api semangat yang menyala-nyala dari beliau yang mungkin hampir tak pernah padam, guna mencerdeskan kami pada setiap pertemuannya.

    Tibalah saat ajar dimulai, bapak oka mengucap salam, guna membuka kegiatan belajar mengajar pagi hari ini, sambil disilahkannya ketiga pemateri dari bahan ajar pendidikan pancasila dengan fokus materi “Pancasila sebagai Konteks Sejarah Bangsa Indonesia” yang meliputi sejarahnya pada masa Kerajaan, masa Penjajahan, masa Pergerakan, orde lama dan orde baru. Materi yang akan disampaikan itu dibagi rata oleh penyaji dengan struktural, sehingga tertata dengan rapi

    Presentasi pagi itu berbekal media power point yang telah dipersiapkan oleh penyaji jauh-jauh hari. Kemudian presentasi dibuka oleh saudari Anggrila, selaku penyaji sekaligus moderator. Sebelum memulainya ia pun memberi salam pembuka dan secara serempak kami pun menjawabnya dengan “waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh” kemudian dilanjutkan dengan pemaparan latar belakang serta tujuan  dari materi yang akan mereka sampaikan tersebut.

    Dilanjutkan dengan saudari Rahmawati yang menyajikan sebuah bahan ajar seputar sejarah pancasila yang ada pada masa kerajaan-kerajaan di masa itu seperti pancasila mulai dikenal sejak masa kepemerintahan kerajaan kutai, lalu kerajaan sriwijaya, serta kerajaan-kerajaan era majapahit. Suasana ruangan tersebut cenderung sunyi, karena  audiens sedang sibuk mendengarkan dengan seksama materi ajar yang di sampaikan tersebut. Ditambah lagi kemampuan menyampaikan para penyaji yang sangat percaya diri serta penguasaan materi yang sudah dipersiapkan matang matang membuat kesempurnaan penampilan mereka semakin nampak. Hal ini yang membuat audiens semakin antusias mendengar presentasi, walaupun ada beberapa anak yang nampaknya sedang tidak mood dan hanya melihat kedepan dengan tatapan kosong tanpa menyimak sedikit pun isi materi tersebut.

    Di seling penyampaian materi tersebut, terangkatlah tangan salah satu dari audiens yang masih penasaran dan belum puas dengan paparan yang disampaikan saudari intan dan meminta izin untuk mengajukan sebuah pertanyaan. Namun dengan profesionalisme seorang moderator, anggrila memohon dengan hormat kepadanya bahwa sesi pertanyaan akan dibuka di akhir penyajian materi ini, jadi ketika ada hal-hal yang belum dipahami atau dimengerti dan ingin ditanyakan agar menjadi jelas, dapat ditanyakan di sesi pertanyaan nanti.

    Bahan ajar sejarah pancasila pada masa penjajahan dan masa pergerakan pun dilanjutkan oleh saudari Devi Sutini, atau panggilan akrabnya Devi. Inti dari bahan ajar di tema ini terletak di sajian yang akan dipaparkan oleh Devi ini yaitu bagian sejarah Pancasila pada masa Pergerakan yang meliputi pembentukkan panitia yang bertugas merumuskan Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan RI. Materi ini mungkin sudah sangat familiar di telinga kita semua, bagaimana tidak? bahan ajar yang bernafaskan nasionalisme perjuangan kemerdekaan ini sudah banyak diulang sejak SD, SMP dan SMA kemarin. Walaupun penyampain darinya yang masih jauh dari kata mumpuni, bahkan untuk diserap bagi kita pun masih sulit dikarenakan cara Devi menyajikan di depan kami kurang komunikatif juga kurang menguasai materi, hal tersebut ditunjukkan jelas olehnya dengan menyempilkan media elektroniknya (tablet), dibalik buku catatannya agar terlihat lebih sopan. Namun tetap saja hal tersebut justru menunjukkan ketidaksiapannya dalam menyajikan materi.

    Lalu dilanjutkanlah dengan bahasan pancasila di masa orde lama yang dipaparkan saudari anggrila. Dengan penekanan intonasi yang menggugah para audiens ia menyampaikan bahwa politik di Indonesia di era ini masih belum stabil dan mengakibatkan Negara Indonesia mengalami jatuh bangun. Hal penting yang disampaikan Anggrila mengenai materi ini, bahwa pada masa orde lama Indonesia melakukan perubahan bentuk Negara sebanyak tiga kali, yaitu pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat ( RIS ), terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia  1950 dan kembali lagi menjadi Indonesia dengan UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Selanjutnya materi disusul dengan bahasan seputar sejarah pancasila pada masa Orde Baru. Meskipun tak begitu detail paparan di era ini, namun kami dapat menangkap benang merah yang tersingkap di materi ini, sebagian membahas  bahwa pada masa ini adalah masa yang menuntut pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen sebagai programnya dalam merealisasikan Pembangunan Nasional. Sampailah di penghujung presentasi, sebelum ditutup penyaji mempersilahkan sesi diskusi bersama. Kemudian mempersilahkan audiens untuk menanyakan materi yang masih kurang dimengerti. Saat itulah para audiens langsung berperan aktif mengangkat tangannya, banyak dari mereka yang mengangkat tangan, namun karena berkaitan dengan durasi moderator hanya member kesempatan kepada 3 orang penanya, yakni kepada saudara Syarif, saudara Lusi, serta saudari Norma

    Situasi kelas pun semakin menarik, karena para penyaji diberondong berbagai macam pertanyaan. Dengan seksama Devi, selaku notulen mencatat pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam bukunya. pertanyaan dari masing-masing penanya pun ditampung terlebih dahulu. Moderator pun meminta waktu beberapa menit untuk mempertimbangkan jawaban yang akan dipaparkan sambil mencari referensi lain dengan browsing di berbagai sumber internet dan membuka-buka kembali makalah mereka. Selang dua puluh menit, akhirnya jawaban mereka pun rampung dan siap untuk dipaparkan kepada audiens. Jawaban yang dipaparkan pertama kali ditunjukkan untuk menjawab pertanyaan dari saudara syarif yang menyinggung tentang sudahkan diterapkannya wujud dari nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kemudian penyaji menjawabnya “penerapan tersebut sudah terwujud karena pada masa Orde Baru, terjadi banyak perubahan – perubahan dalam peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia, pada masa itu pembangunan Nasional berkembang pesat di berbagai bidang.” Ujar Rahmawati. Akan tetapi, ditengah pemaparan tersebut Syarif memotong untuk menyanggah dikarenakan ketidakpuasa akan  jawaban tersebut, menurut syarif  justru fakta yang terjadi pada era Orde Baru itu, praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme ( KKN ) sangat makmur berkembang. Setelah sanggahan dari Syarif, audiens yang lain pun ikut berkontribusi dalam menyampaikan pendapat mereka seputar problematika yang sedang dibahas saat itu. Sanggahan tersebut cukup membuat suasana diskusi memanas dengan berbagai argumen dari peserta lain hingga akhirnya moderator menyimpulkan argumen – argumen tersebut bahwa “Program pemerintah pada saat orde Baru memang menuntut wujud dari nilai – nilai Pancasila dan UUD 1945 melalui pembangunan nasional yang dilakukan besar – besaran demi kesejahteraan rakyat Indonesia secara murni dan konsekuen. Pada dasarnya praktek dilapangan  memang lebih sulit dibandingkan teorinya, sehingga wajar bila dalam pelaksanaannya masih terdapat penyimpangan – penyimpangan dari kemurnian nilai – nilai pancasila dan UUD 1945 itu sendiri. Disini pemerintah hanya menuntut namun hasil akhirnya siapa yang tahu, yang terpenting adalah usaha – usaha untuk melaksanakan kemurnian tersebut sudah silakukan se maksimal mungkin meskipun belum terpacai secara mutlak. Dan harapannya bagi kita selaku generasi muda dapat melanjutkan program tersebut. Periode kedua penyaji menjawab pertanyaan dari Norma, yakni “Bagaimana cara kita sebagai mahasiswa dalam meghadapi kemelut pemerintah, dimana perekonomian Indonesia sendiri tidak stabil dan bagaimana untuk meningkatkan semangat juang bagi bangsa Indonesia di zaman sekarang?” ulang penyaji atas pertanyaan norma tersebut, seketika seisi ruangan menyeru “demo, demooo! Bakar bakar baaaan! Lalu penyaji meminta perhatian kepada audiens agar hening karena akan memaparkan jawaban tersebut yang berisi tentang solusi awal yang dapat dilakukan bagi kita para mahasiswa dalam menanggapi ketidakstabilan ekonomi, contohnya dengan membeli dan menggunakan produk-produk made in Indonesia. Dengan begitu secara tidak langsung akan terciptalah rasa cinta tanah air yang nantinya akan meningkatkan semangat juang bagi bangsa Indonesia untuk ikut serta dalam mendukung pemerintah dalam menjaga kestabilan perekonomian Negara. Akhirnya norma pun merasa puas akan jawaban tersebut, dan sudah terpenuhilah rasa penasaran itu.Yang terakhir penyaji menjawab pertanyaan yang diajukan saudari lusi “Mengapa pada era Orde Lama sistem pemerintahan sudah banyak mengalami perubahan perubahan, lalu dari perubahan tersebut apakah relasi hal tersebut dengan pancasila?” kemudian penyaji menjawabnya, blablabla, namun paparan dari penyaji kurang menjawab rasa penasaran audiens, terutama saudari lusi , kemudian penyaji pun kembali menambahinya bahwa sistem pemerintahan yang sudah berulangkali diubah itu karena di masa Orde Baru tersebut sistem kepolitikannya masih belum stabil akibat belum lamanya Indonesia merdeka sehingga banyak hasutan-hasutan Negara-negara yang ingin merebut tanah air Indonesia kembali. Sedangkan kaitannya dengan pancasila atas persoalan itu karena ketika sistem pemerintahan berubah, maka ideologi yang mendasari Negara tersebut pun juga akan berubah. akhirnya pak oka selaku dosen pun melengkapinya dan meluruskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan sangat baik. Sesudahnya beliau pun mengevaluasi perform dari kelompok itu, “kelompok ini sudah cukup baik, pembagiannya pun sudah terstruktural, sehingga membuat kesan kompak dalam penyampaian materi maupun sesi diskusinya, dan beliau pun memberikan catatan kepada kelompok-kelompok selanjutnya bahwa diharapkan penampilan selanjutnya akan lebih baik dan memuaskan lagi. Tanpa disadari waktupun telah menunjukkan pukul 10.00, menandakan berakhirnya mata pelajaran dan disukusi yang cukup mengangkan tadi. Kemudian moderator pun mengakhiri kegiatan pada hari itu, namun sebelum menutupnya ia membuat kesimpulan dari diskusi pada hari itu. Selanjutnya ditutup dengan salam penutup disertai dengan tepukan meriah dari para audiens sebagai bukti apresiasi mereka kepada para penyaji dan dosen yang ada di depan. Ruang kelas yang penuh dengan ketegangan tadi pun seketika hening, kemudian para penyaji pun merapihkan tetek-bengek media presentasi yang digunakan tadi. Pemateri pun kembali ke tempat duduknya, dan seluruh mahasiswa di ruangan tersebut merapihkan barang-barang mereka dan segera meninggalkan ruangan untuk melanjutkan mata kuliah pengantar pendidikan.

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © - Setetes Ilmu

    Setetes Ilmu - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan