- Home>
- Komponen Contextual Teaching and Learning
Posted by : Chachacino
Selasa, 27 Desember 2016
Pembelajaran kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen
utama, yaitu sebagai berikut :
Konstruktivisme (Construktivism)
Konstruktivisme merupakan landasan filosofi pendekatan CTL
yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit dan tidak
sekonyong-konyong). Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan
dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mengingat pengetahuan. Konsep
konstruktivisme menuntut siswa untuk dapat membangun arti dari pengalaman baru
pada pengetahuan tertentu.
Priyatni (2002:2) menyebutkan bahwa pembelajaran yang
berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif,
kreatif, dan produktif dari pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari
pengalaman belajar yang bermakna. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan
ide-ide. Siswa harus mengonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Inkuiri (Inquiry)
Menemukan merupakan strategi belajar dari kegiatan
pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri.Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan menemukan, apa pun materinya.
Inkuiri adalah siklus proses dalam membangun pengetahuan
yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis,
kemudian membangun teori atau konsep. Inkuiri diawali dengan pengamatan untuk
memahami konsep atau fenomena dan dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan
bermakna untuk menghasilkan temuan. Priyatni (2002:2) menjelaskan bahwa inkiri
dimulai dari kegiatan mengamati, bertanya, mengajukan dugaan sementara
(hipotesis), mengumpulkan data, dan merumuskan teori sebagai kegiatan terakhir.
Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan keahlian dasar yang dikembangkan dalam
pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan
apa yang sudah diketahuinya, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahui. Konsep ini berhubungan dengan kegiatan tanya jawab yang dilakukan
baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan sebagai wujud pengetahuan yang
dimiliki. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan
siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke
kelas.
Masyarakat belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar merupakan penciptaan lingkungan belajar
dalam pembelajaran kontekstual (CTL). Masyarakat belajar adalah kelompok
belajar yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan
gagasan. Aplikasinya dapat berwujud dalam pembentukan kelompok kecil atau
kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, atau belajar dengan
teman-teman lainnya. Belajar bersama dengan orang lain lebih baik dibandingkan
dengan belajar sendiri.Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh
dari berbagi pengalaman antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke
yang tidak tahu.
Pembelajaran kontekstual dilaksanakan dalam
kelompok-kelompok belajar yang anggotanya heterogen sehingga sehingga akan
terjadi kerja sama antara siswa yang pandai dengan siswa yang lambat. Kegiatan
masyarakat belajar difokuskan pada aktivitas berbicara dan berbagai pengalaman
dengan orang lain.
Priyatni (2002:3) menyebutkan bahwa aspek kerja sama dengan
orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik adalah tujuan
pembelajaran yang menerapkan learning community.
Pemodelan (Modelling)
Model merupakan acuan pencapaian kompetensi dalam
pembelajaran kontekstual. Konsep ini berhubungan dengan kegiatan
mendemonstrasikan suatu materi pelajaran agar siswa dapat mencontoh atau agar
dapat ditiru, belajar atau melakukan dengan model yang diberikan.
Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model, siswa juga dapat berperan aktif dalam mencoba menghasilkan model.
Priyatni (2002:3) menyatakan bahwa kegiatan pemberian model bertujuan untuk
membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita
menginginkan para siswa untuk belajar, atau melakukan apa yang kita inginkan
agar siswa melakukannya.
Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan langkah akhir dari belajar dalam
pembelajaran kontruktivisme. Konsep ini merupakan proses berpikir tentang apa
yang telah dipelajari. Proses telaah terhadap kejadian, aktivitas, dan
pengalaman yang dihubungkan dengan apa yang telah dipelajari siswa, dan
memotivasi munculnya ide-ide baru.
Refleksi berarti melihat kembali suatu kejadian, kegiatan
dan pengalaman dengan tujuan untuk mengidentifikasi hal yang telah diketahui,
dan hal yang belum diketahui. Realisasinya adalah pertanyaan langsung tentang
apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan di buku siswa, kesan dan saran
siswa mengenai pembelajaran pada hari itu.
Priyatni (2002:3) menjelaskan bahwa kegiatan refleksi adalah
kegiatan memikirkan apa yang telah kita pelajari, menelaah, dan merespons semua
kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, dan
memberikan masukan-masukan perbaikan jika diperlukan.
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian yang sebenarnya merupakan proses pengumpulan
berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar
siswa.
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian ditekankan pada
proses pembelajarannya, maka data dan informasi yang dikumpulkan harus
diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajarannya.
Penilaian yang sebenarnya merupakan tindakan menilai
kompetensi siswa secara nyata dengan menggunakan berbagai alat dan berbagai
teknik tes, portofolio, lembar observasi, unjuk kerja, dan sebagainya. Prosedur
penilaian yang menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa secara
nyata. Penilaian yang sebenarnya ditekankan pada pembelajaran yang seharusnya
membantu siswa agara mamapu mempelajari sesuatu, bukan hanya memperoleh
informasi pada akhir periode. Kemajuan belajar siswa dinilai bukan hanya yang
berkaitan dengan nilai tetapi lebih pada proses belajarnya.