- Home>
- Observasi Ragam Budaya dan Kesenian Banten (Makalah)
Posted by : Chachacino
Senin, 26 Desember 2016
OBSERVASI
WARISAN RAGAM BUDAYA DAN KESENIAN BANTEN
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Studi Kebantenan
M. Ilham Gilang
M. Pd
Disusun Oleh:
Thamara Multi Kartika (2225150034)
Alifin Nissa Nugraheni (2225150048)
Annisa Nino Rahman (2225150050)
Ida (2225150051)
Faiq Zulfikar Hadi (2225150057)
Viriyanto
(2225150063)
Santi Dewi Nurjanah (2225150064)
Semester III Kelas B
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
– 2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah penulis ucapkan kepada
Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis bisa
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Yang mana tugas ini dibuat dan disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kebantenan. Tidak lupa pula penulis
sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
pemikiran yang cemerlang sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik,
meskipun nantinya masih ada kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam penulisan
makalah ini.
Kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak sangat penulis harapkan, demi kesempurnaan makalah ini dan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini berguna untuk kita semua.
Serang, 20 November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Cover Makalah.........................................................................................................
Kata
pengantar...........................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................
BAB II ISI..................................................................................................................
BAB III
KESIMPULAN...........................................................................................
LAMPIRAN...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah dan
Profil
1.
Bina
Seni Tari Raksa Budaya
Latar
belakang didirikannya sanggar ini adalah adanya keinginan untuk melestarikan
seni tari, khususnya tradisi Sunda.
Pada
tahun 1998, Sanggar
Bina Seni Tari Raksa Budaya berfokus
pada tari Nusantara, setelah tahun 2000
sudah mulai fokus pada tarian Sunda. Pada awal
berdiri dari tahun 1986 sampai 2004 Sanggar Bina Seni Tari Raksa Budaya belum
memiliki tempat (masih nomaden atau berpindah-pindah), kostum, alat, dan
pemusik juga masih meminjam dari sanggar lain. Kekompakan mereka tetap terjaga dan harus dijaga.
Pada saat dulu hanya dikelola
oleh seorang diri, sanggar ini susah sekali untuk berkembang tetapi sekarang ketika sudah
ada pengurus dari generasi muda sudah mulai berkembang pesat.
Maya
Rani Wulan. Beliau adalah guru SMPN 2 Serang,
mengajar dari tahun 1984. Lulusan seni tari Universitas Pendidikan Indonesia. Pada saat itu
banyak anak yang ingin belajar nari
mulai
dari anak para pimpinan daerah sampai muridnya di sekolah. Beliau membuka
privat dalam melatih nari dan berpindah-pindah lokasi, akhirnya dibuat sanggar
untuk menggabungkan siswanya yang ingin belajar nari. Sanggar tersebut dibuat
dari bantuan orang tuanya.
Profil
Bina Seni Tari Raksa Budaya lahir
pada tanggal 29 Januari 1986 di Serang, Banten. Bentuk kegiatan yang
dilaksanakan di Sanggar Bina Seni Tari Raksa Budaya berorientasi pada :
1. Pembinaan dalam bentuk pelatihan
–pelatihan tari untuk berbagai tingkatan usia (Anak-anak, Remaja, dan Dewasa)
2. Menyampaikan pesan budaya Banten
melalui pertunjukan –pertunjukan kesenian
3. Menciptakan Karya tari kreasi
tradisi Banten
4. Meningkatkan Apresiasi Masyarakat
melalui Pergelaran rutin dalam “ Wisata Seni”
Visi dan Misi
Visi :
1. Menjadi Organisasi Sanggar Seni
yang Profesional, Berkualitas dan Terdepan 2. Menjadi Pusat Pengkajian Seni
Budaya Banten
Misi :
1. Membentuk wadah pembinaan seni
budaya Banten untuk meningkatkan kepekaan rasa, ketrampilan dan kreativitas
seni.
2. Melestarikan leluhur budaya
tradisi Banten
3. Memberikan kesempatan pada
masyarakat untuk belajar seni
4. Menyelenggarakan kegiatan pertunjukan
seni budaya Banten berskala Lokal, Nasional dan Internasional
5. Memperluas apresiasi masyarakat
terhadap keragaman seni budaya tradisi dan kreasi tradisi Banten
6. Menyelanggarakan pergelaran
Wisata Seni.
Organisasi Sanggar Bina Seni Tari Raksa Budaya tahun 2011-2016
Pendiri :
1. H. Munir Moh.Husein
2. Ny. Hj.Unung R.Supanji
3. Drs. H .Sulaeman Affandi, M. Si
4. Maya Rani Wulan, S. Pd
Dewan Pembina:
1. Dinas Pendidikan Kota Serang
2. Dinas Pemuda,Olahraga,Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Serang
3. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Banten
4. Dinas Pendidikan Prov. Banten
Pelindung / Penasehat :
1. Drs.H.Sulaeman Affansi, M. Si
Pembina :
1. Drs.Dadie Ruswandie, M. Si
2. Engkos Kosasih
Penanggung Jawab: Ririn Kusrin, S. T
Pengurus :
Pimpinan/Ketua: Maya
Rani Wulan, S.Pd
Sekretaris 1: Anggita
Pratiwi
Sekretaris II: Hany
Handayani
Bendahara: Citra
Noviani
Asisten Bendahara: Ayu
Anggraini
Anggota: M.Syoleh,
Sunardi, Anggie Cahyani Putri , Eventinna Alifa Sarah , Maya Wulandari , Tineung
Arum Purnamasari , Wini
Daniatul Afia .
Pelaku Seni :
1. Penata Tari: Maya
Rani Wulan, S.Pd
Penata Musik: Tim pemusik Raksa Budaya
2. Pelatih: Citra
Noviani, Arum, Hany, Maya, Ayu, Eventina , Anggie , Anggita
3. Pemusik: Soleh,
Sukemi, Ridwan, Abdurohman, M.Isa, Bukhori, Ahmad,
Nata, Timan
Humas dan Publikasi : M. Fauzi
Dokumentasi: Maya Wulandari , Eventinna Alifa Sarah , Anggie Cahyani Putri ,
Tineung Arum Purna masari , Wini
Daniatul Afia
2.
Sentra Industri dan pelatihan Batik Banten
Batik, adalah kain bergambar yang
ditulis atau dicap dengan canting yang terbuat dari tembaga atau plat seng.
Agar dapat menghasilkan seni keindahan yang artistik dan klasik pada kain batik
catton atau sutra, maka haruslah menggunakan lilin malam yang telah dipanaskan.
Cukup banyak pelaku usaha batik di
Indonesia yang telah mempunyai bermacam-macam corak dan motifnya, akan tetapi
setiap daerah tidak mempunyai kesamaan corak dan motif pada batiknya, seperti
halnya corak dan motif pada Batik Banten.
Corak dan motif Batik Banten adalah
iluminasi dari ragam hias yang telah dikaji Pemerintah Propinsi Banten dalam
rangka menemukan kembali ornament motif pada bangunan rumah adat di Banten,
pengkajian berlangsung ditingkat Nasional bahkan motif Batik Banten
dikaji pada tingkat Internasional. Ragam hias tersebut telah menjadi keputusan
Gubernur Banten Tahun 2003.
Ragam hias ini hasil ekskavasi (
penggalian ) yang direkontruksi oleh Arkeologi Nasional dan Fakultas Sastra UI
sejaktahun 1976. Ragam hias pada abad ke 17 merupakan bukti sejarah bagi
masyarakat banten, bahwa reruntuhan istana kerajaan banten dan kejayaan banten
tempo dulu telah mewariskan nilai seni ragam hias dan budaya yang unik melekat
pada benda purbakala dengan sangat arsitektual pada ornamennya indah menemui
sejarah panjang pada masanya, bagai Intan yang terkubur kini terkuak kembali
dan berwujud sebagai hiasan indah terbukti dari hasil transformasi kedalam
media kain catton dan sutra yang disebut Batik Banten.
Selain motif dan corak Batik Banten yang
arsitektural pada ragam hias tersebut diatas, warna pada batik Banten pun
berbeda dengan batik-batik lainnya di Indonesia, warna pada Batik Banten
cenderung abu-abu soft, menunjukan, sifat dan karakter masyarakat Banten dengan
berpenampilan yang selalu ingin sederhana. Nama motif Batik Banten diambil dari
nama toponim desa-desa kuna, nama gelar bangsawan /sultan dan nama tataruang
istana kerajaan Banten. Pada corakpun identik dengan cerita sejarah yang
mengandung filosofi (penuh arti) pada motifnya dengan bermakna
intelektual bagi pemakai bahan dan busana Batik Banten.
Sejarah Batik Banten
Berawal dari keterlibatan dalam berbagai
kajian pemanfaatan ragam hias khas daerah pada rancang bangun gedung-gedung
pemerintah dan pemerhati lingkungan pada penataan kota budaya Banten yang telah
berjaya dimasa lalu.
Ditengah masanya pengkajian benda-benda
sejarah hasil ekskavasi (penggalian) para Arkeolog, menjadikan inspirasi untuk
mencapai tujuan pembangunan kota yang berbudaya, dalam rangka mengisi dimensi
kekinian guna pra perencanaan pembangunan Anjungan Banten di TMII dan rancang
bangun RUMAH ADAT khas Banten serta merevitalisasi pada penataan bangunan
sejarah di Propinsi Banten.
Dengan rekonstruksi benda
purbakala mengantarkan perhatian para tokoh masyarakat, pemerintah daerah,
bersama-sama arkeolog, Juni 2002 telah mengadakan pengkajian ragam hias selama
enam bulan berhasil menemukenali ragam hias khas Banten menjadi 75 motif
berikut dikukuhkan oleh pemerintah propinsi melalui Surat Keputusan Gubernur
Banten nomor : 420/SK-RH/III/2003 tanggal 12 Maret 2003.
Berikut
ini 75 Ragam Hias Khas Banten Rekontruksi Arkeologi Nasional:
Ragam hias yang bersumber dari Atefak
Terwengkal pada abad 17, telah menjadikan pusat perhatian dari para peneliti
Terwengkal khas Banten bertitik tolak dari bentuk Geometri, esensi seni baru
yang berarti Mukarnas yaitu mempunyai arti kerukunan.
Ragam hias yang melekat pada arsitektur
merupakan khasanah potensi sumber arkeologi Banten warisan intelektual masa
Ialu Banten.
Berangkat dari kearifan lokal yang
terbenam dalam-dalam ditengah puing-puing reruntuhan pusat kejayaan pemerintah
islam kesutanan Banten, berbagai benda-benda kuna terukir dengan ragam hias
yang unik menjadikan karya cipta membangkitkan anakcucu kita ditanah Banten,
ragam hias benda kuna itulah yang menjadikan inspirasi pada sebuah artefak
terwengkal untuk mendisaind pola dasar batik sehingga menjadikan motifdasar
batik.
BAB II
ISI (TEMUAN
HASIL KUNJUNGAN)
A. Interview
Bina Seni Tari Raksa Budaya
1.
Bagaimana latar belakang didirikannya sanggar ini ?
Jawab
: adalah adanya keinginan untuk melestarikan seni tari, khususnya tradisi Sunda.
2.
Bagaimana jadwal latihan di sanggar ini ?
Jawab
:Kelas Reguler adalah hari Minggu, dari jam 2 siang sampai jam 6 sore.
3.
Apa fokus tari di sanggar ini ?
Jawab
: Pada tahun 1998 fokus pada tari Nusantara, setelah tahun 2000 sudah mulai fokus pada tarian Sunda.
4.
Apakah ada syarat untuk menjadi peserta di sanggar
ini ?
Jawab
: harus mempunyai keinginan kuat untuk
menguasai suatu tarian atau
mempunyai minat yang kuat.
5.
Kendala apa saja yang dialami ?
Jawab
: Pada awal berdiri dari tahun 1986 sampai 2004 belum memiliki tempat (masih nomaden atau
berpindah-pindah), kostum, alat, dan pemusik.Kekompakan
yang harus tetap dijaga. Dulu, ketika hanya dikelola oleh seorang diri, sanggar
ini susah sekali untuk berkembang, dan sekarang ketika sudah ada pengurus dari
generasi muda sudah mulai berkembang pesat.
6.
Bagaimana perjalanan Ibu sebagai Ketua di sanggar
ini?
Jawab
: Beliau adalah guru SMPN 2 Serang,
mengajar dari tahun 1984. Lulusan
seni tari UPI. Pada saat itu banyak anak yang ingin belajar nari, mulai dari anak para pimpinan daerah sampai
muridnya di sekolah. Beliau membuka
privat dalam melatih nari dan berpindah-pindah lokasi, akhirnya dibuat sanggar untuk menggabungkan siswanya yang ingin
belajar nari. Sanggar tersebut dibuat
dari bantuan orang tuanya.
7.
Dalam perkembangan zaman sekarang, bagaimana ibu
melihat minat generasi muda untuk melestarikan tarian ?
Jawab
: Dalam era modernisasi saat ini, minat anak-anak dari tahun ke tahun semakin banyak untuk bergabung
dalam keluarga Sanggar Tari Raksa
Budaya. Jadi, apabila ada yang berkata pada zaman modernisasi justru anak muda tidak peduli dengan
kesenian daerah itu tidak dibenarkan.
Walupun pada kenyataannya memang seperti itu.
8.
Apa tujuan dari
Bina Seni Tari Raksa Budaya?
Jawab : Tujuan masuk sebagai keluarga Raksa Budaya
untuk melestarikan budaya,
bukan untuk mencari uang dan mencari nama atau ketenaran.
Walaupun sering mendapat job yang penghasilannya sangat lumayan dan bisa terkenal menjadi penari, itu semua hanya bonus.
9.
Bagaimana pembagian kelas dalam sanggar ini ?
Jawab
: Pelatih : 12 orang
Murid
lelaki : 10 orang
Ada
sekitar ratusanan siswa yang sudah bergabung di sanggar ini. Dan dibagi menjadi beberapa kelas.
Kelas
A (bedug)
Kelas
B (lenggang nyai)
Kelas
C (puspa warni)
Kelas
D (wali jamaliha, saman)
Tim
inti (6 orang)
10. Apa harapan
dari ibu untuk Bina
Seni Tari Raksa Budaya
ini?
Jawab
: Harapan selanjutnya adalah bisa keluar negeri bersama dengan pemusiknya, lebih banyak murid yang ingin
bergabung dengan sanggar ini sehingga
bisa bersama-sama melesatarikan budaya, dan yang terakhir bisa tetap menjadi yang terdepan di
provinsi Banten.
11. Apa yang
menjadi pembeda dari sanggar tari yang lain?
Jawab
:
a.
Siswanya disiplin, mereka bisa ikut dalam pementasan
harus melalui waktu yang panjang. siswa yang disiplin akan cepat mengikuti
suatu pementasan.
b.
Sanggar dikelola secara professional, mulai dari
keungan yang dikelola dengan sangat baik sehingga kebutuhan sanggar dapat
berjalan dengan baik
c.
Semua pengurus mempunyai sifat jujur, dalam
membelanjakan suatu keperluan sanggar harus sesuai dengan pengeluaran, tidak
boleh dilebih-lebihkan atau korupsi. Hal ini berlaku agar sanggar semakin
berkah.
d.
Anggota sanggar merdeka, senang, makmur, sejahtera.
e.
Kekeluargaan dalam sanggar sangat kental dan hangat.
f.
Punya relasi yang luas.
Sentra
Industri dan Pelatihan Batik Banten
1.
Siapa pendiri batik banten ?
Jawab
: Ir. Uke Kurniawan, S.E
2.
Bagaimana sejarah batik banten ?
Jawab
: Dahulu Pak Uke bekerja sebagai PNS pemerintah Umum Pusat di Bengkulu. Saat
itu ada sayembara ornamen di Banten. Yaitu ornamen patung. Tetapi ornament itu
mahal . Lalu Pak uke ingin menuangkan kedalam batik karena batik itu mudah.
Tetapi Pak Uke tidak bisa. Lalu Pak Uke meminta bantuan ke
Ibu Tati. Dia dosen di Untirta juga dan sangat pandai
membatik. Ide Pak Uke di beri ke Ibu Tati.
Ibu Tati menuangkannya ke dalam batik. Sejak dipatenkan tahun 2003, batik Banten telah
mengalami proses panjang
hingga akhirnya diakui diseluruh dunia. Batik Banten dipatenkan
setelah ada kajian di Malaysia dan Singapura yang diikuti 62 negara di dunia. Batik Banten mendapatkan
predikat terbaik se-dunia.
Setelah ada himbauan pada 5 Juni hari batik sedunia, Banten menjadi batik pertama yang punya hak
paten di UNESCO.
Bahkan kini Batik Banten telah
berkembang ke berbagai mancanegara. Lalu ada
lagi pengkajian batik di Bali. Batik basure
ini no 1 Se-Nasional.
3.
Apa ada kendala saat mendirikan batik banten ini?
Jawab
: Karena sudah mengikuti penilaian dan pengkajian maka dapat dukungan langsung
dari pemerintah untuk mendirkan.
4.
Ide motif darimana saja ?
Jawab
: Bekerjasama dengan arkeolog di Banten maka ide berasal dari artefak artefak. Sudah ada 12 nama motif
batik yang diakui oleh Unesco, semuanya diambil dari istilah -istilah yang ada di Kesultanan Banten.
5.
Apakah ada pelatihan ?
Jawab : Ada. pelatihan
untuk umum dari SD dan SMA gratis yang bertujuan untuk agar bisa bercerita ke
keluarga atau kerabat dan promosi batik banten. Dengan Pak Uke member materi
dan praktek dengan pengrajinnya.
6.
Bagaimana cara penjualannya ?
Jawab
: Pak Uke bekerja sama dengan distro tidak mau menjual di emperan dan akan
terjual murah.
7.
Berapa omsetnya ?
Jawab
: 35 – 60 juta perhari.
8.
Berapa banyak pegawai ?
Jawab
: 120 pegawai termasuk staf dan pengrajin.
9.
Apa batik yang terkenal?
Jawab
: Semua batik terkenal, sama rata.
10.
Menggunakan teknik apa batik disana?
Jawab:
Dengan batik cap dengan bahan dari tembaga , bukan printing dan juga bukan
tulis. Agar terlihat seperti batik tulis dengan motif yang besar – besar.
11.
Apa pembeda dari batik lain ?
Jawab
:
Motif Batiknya, pola dasar
ragam hias berasal dari benda sejarah purbakala yang disebut Artefak Terwengkal
hasil ekskavasi Arkeolog tahun 1976 di Banten.
Warnanya, apapun warnanya batik
banten cenderung warna abu-abu soff menunjukan karakter wong Banten, ciri-ciri
dari sifat warna abu-abu soff antara lain : Cita-citanya, idenya, kemauannya,
dan tempramennya cenderung tinggi namun pembawaan selalu sederhana serta kalem/
ayu atau cantik warna batiknya
pada
kenyataan alam yang menunjang untuk daerah Banten dikarenakan Airnya, sehingga
menjadi ciri khasnya Batik Banten, menjadi ikon dengan slogan : “bukan orang banten kalau tidak minum air
banten“.
Filosofi (Artinya)
Nama Motif dan motif batik saling berkaitan dengan sejarah Banten. Nama motif
berasal dari “Toponim desa-desa kuna,
nama gelar bangsawan / sultan dan tata nama ruang di Kesultanan Banten“.
12.
Apa harapan kedepannya ?
Jawab
: Pelajaran batik ini dijadikan mulok di semua jenjang dan Industrinya tambah
maju.
13.
Berapa kisaran harga kain nya ?
Jawab : 125 ribu – 1 juta dengan ukuran
230 x 230
BAB III
KESIMPULAN
LAMPIRAN
(FOTO DAN
SURAT KETERANGAN)