- Home>
- Sejarah dan Pengertian Model Pembelajaran Scientific Approach
Posted by : Chachacino
Senin, 26 Desember 2016
Metode scientific pertama kali
diperkenalkan ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad ke-19 sebagai
penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah
(Hudson, 1996 & Rudolph, 2005). Metode scientific ini
memiliki karakteristik “doing science”. Metode ini memudahkan guru atau
pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan
memecah proses ke dalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci
yang memuat instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran (3a). Hal
inilah yang menjadi dasar dari pengembangan kurikulum 2013 di Indonesia
Scientific Approach merupakan satu pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran dengan menitikberatkan pada penggunaan metode ilmiah dalam
kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu
menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil, 1996), bukan saja
diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih
penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh
peserta didik (Zamroni, 2000 & Semiawan, 1998).
Model ini menekankan pada proses pencarian
pengetahuan daripada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai
subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,
guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan
kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses
pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai
aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist)
dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur, 1998), dengan demikian peserta didik
diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan
nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran
diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan,
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang
diperlukan (Semiawan, 1992).
Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings),
organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa
belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Keterampilan
proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic
learning tools) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan
pada setiap individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans, 1990). Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek
belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber
belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator
pembelajaran.