- Home>
- Prinsip-Prinsip RME
Posted by : Chachacino
Senin, 26 Desember 2016
Ada tiga prinsip dalam
pembelajaran matematika realistic yaitu guided reinvention and progressive
mathematizing, didactical phenomenology dan self – developed models. Adapun
ketiga prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Guided Reinvention and Progresive Mathematizing (penemuan kembali
terbimbing/pematikaan progresif)
Prinsip ini
menghendaki bahwa dalam pembelajaran matematika realistic, dari masalah
konstektual yang diberikan oleh guru diawal pembelajaran, kemudian dalam
menyelesaikan masalah siswa diarahkan dan diberi bimbingan terbatas, sehingga
siswa mengalami proses menemukan kembali konsep, prinsip, sifat-sifat dan
rumus-rumus matematika sebagaimana ketika konsep,prinsip,sifat-sifat dan
rumus-rumus itu ditemukan. Prinsip ini mengacu pada pandangan konstruktivisme,
yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer atau diajarkan melalui
pemberitahuan dari guru, melainkan dari siswa sendiri.
2. Didactical Phenomenology (fenomena pembelajaran)
Prinsip ini
terkait dengan suatu gagasan fenomena pembelajaran, yang menghendaki bahwa di
dalam menentukan masalah konstektual untuk digunakan dalam pembelajaran dengan
pendekatan metode pembelajaran matematika realistic di dasarkan atas dua
alasan, yaitu: a) untuk mengungkap berbagai macam aplikasi suatu topic yang
harus diantisipasi dalam pembelajaran, b) untuk dipertimbangkan pantas tidaknya
masalah konstektual itu digunakan sebagai poin-poin untuk suatu proses
pematematikaan progresif. Dari penjabaran pada pentingnya masalah konstektual
untuk memperkenalkan topic-topik matematika kepada siswa.
3. Self Development Models (model-model dibangun sendiri)
Menurut
prinsip ini, model-model yang dibangun berfungsi sebagai suatu jembatan
pengetahuan informal dan formal dalam matematika. Dalam pemecahan konstektual
siswa diberi kebebasan untuk menemukan sendiri model matematika terkait dengan
masalah konteksual yang dipecahka. Sebagai konsekuensinya sangat dimungkinkan
muncul berbagai model matematika yang dibangun siswa. Berbagai model tersebut
pada mulanya mungkin masih mirip dengan masalah konstekstualnya. Ini merupakan
suatu langkah lanjutan dari penemuan ulang dan sekaligus menunjukkan bahwa
sifat bottom up (dari bawah ke atas) mulai terjadi. Model-model tersebut
diharapkan untuk mampu mengubah kepada bentuk matematika yang formal.